Tuesday, April 2, 2013

Untuk memperjelas keberadaan Pemalang pada tahun 1575 , sebagai berikut : Ibukota Majapahit pada saat itu pindah ke Doho Kediri, bukan di Trowulan. Menurut Dinasti Giryawardana di Mojosari Jawa Timur, "kutipan buku Tome Pires, sarjana perancis."
Majapahit runtuh dan kerajaan Demak berdiri tahun 1486 (Abad XV) dipimpin oleh R. Patah/ patih Radin/ Sultan Jimbuningrat, negaranya berbentuk Teokrasi atas dasar agama Islam. (dari buku 17 ES de klark histori of Netherland east indies.
Kerajaan Demak menguasai pesisir utara , antara lain : Lasem, Tuban, Sidayu dan Gresik. Tahun 1513 Pati Unus, putra mahkota, berperang melawan Portugis di Malaka, bergelar Adipati Sabrang Lor. Pada tahun 1518, Raden Patah wafat, kemudian Pati Unus naik tahta. 
Pada tahun 1521 Adipati Unus wafat, digantikan oleh saudaranya Trenggono. Pada tahun yang sama kerajaan Demak, kedatangan seorang bangsawan dengan pengikutnya bernama Fatahilah dari samudra pasai. Fatahilah dinikahkan dengan adiknya Sultan Trenggono dan diangkat menjadi panglima perang di kerajaan Demak.
Pada tahun 1522 - 1546 pembagian tugas : Panglima perang Fatahilah menyerang daerah kerajaan Hindu pajajaran di jawa barat antara lain, Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa. Pada tanggal 22 juni 1552 , Fatahilah berhasil menduduki Sunda Kelapa dari Portugal, dan bergelar pangeran Jayakarta, dan nama sunda kelapa berubah menjadi jakarta, kemudian tanggal 22 juni , ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta.
Sultan Trenggono bertugas menaklukan kerajaan Hindu - Budha wilayah timur. Pada tahun 1526, beliau gugur saat menggempur Pasuruan. Wafatnya sultan Trenggono , mengakibatkan kekacauan di kerajaan Demak, antara P. Prawoto (putra sultan), dengan P. Aryo Penangsang ,putra P. Sekar Sedolepen (kakak Sultan). 
P. Aryo Penangsang berhasil membunuh P. Prawoto beserta keluarganya, Istri Adipati Jepara, Ratu Kalinyamat dan Prihatin putrinya, lolos dan bermukim di gunung Donorojo.
Aryo Penangsang menduduki tahta Jepara ( Jipan Panolan ).
Ratu Kalinyamat memohon bantuan Sultan Pajang,"Hadiwijoyo / Joko Tingkir" menantu Sultan Trenggono. Kemudian Beliau mengutus putra angkatnya, R. Sutawijaya putra Ki Joko Ageng Pemanahan. 
Aryo penangsang berhasil dibunuh dengan pusakanya sendiri yang direbut oleh Sutawijaya. Pusaka Sipat Kondel yang bernama Keris Kyai Setan Kober, sampai sekarang berada di Pemalang.
Sebelum tahun 1456, Sultan Hadiwijaya diangkat menjadi Adipati Pajang. Setelah Sultan Trenggono wafat, sultan Hadiwijoyo diangkat menjadi sultan Demak, kemudian ibukota kerajaan Demak dipindah ke Pajang. Untuk mendukung kekuatan Demak, maka R. Fatahilah diangkat menjadi Sultan Banten dan Cirebon. Kemudian diberi kekancing pusaka keris "Kyai Tapak" dengan engkol atau luk 13, cirinya ujung engkol ketiga berpamor emas.(sekarang berada di desa Pedurungan Taman, Pemalang). 
Kerajaan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Pasarean putra Fatahilah. Beliau wafat tahun 1552, kemudian Fatahilah pindah ke Cirebon dan kerajaan Banten, diserahkan kepada putranya yang bernama Sultan Hasanudin, dan meluaskan wilayahnya dari Jayakarta sampai ke Lampung. Kekuasaan di Jayakarta dipegang oleh menantunya yang bernama Tubagus Angke. Pada tahun 1570 , sultan Hasanudin wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Yusuf dan menduduki tahta Banten.
Kerajaan atau kesultanan atau kadipaten - kadipaten di pantai utara pulau Jawa memgalami keresahan karena orang Portugis meluaskan wilayahnya di P. Jawa dan ingin menguasai pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara Jawa Tuban, Gresik, Lasem, Sedayu, Jepara, Cirebon, Jayakarta dan Banten.
Sultan Hadiwijoyo memanggil putranya yang pada saat itu menduduki jabatan Adipati Jipang, karena ada laporan dari kadipaten Pemalang, bahwa pemerintahan Pemalang sedang kosong (kosong) yang pada saat itu dijabat oleh putra dari Ki Gede Sambungyudo yang konon kabarnya bernama Adipati Anom Windu Galbo, pada saat itu patihnya Ki Gede Murti.
Ki Gede Murti wafat dimakamkan di Brujulan, sebelah utara desa Kabunan, dukuh Bungin. Jabatan patih digantikan oleh putranya yang bernama Ki Gede Jiwo atau patih Jiwo Negoro dan merangkap jabatan Adipati. 
Kekosongan kadipaten Pemalang terjadi pada abad XVI, saat itu sultan Hadiwijoyo menerima laporan bahwa Pemalang pada saat itu tidak ada Pimpinannya (Pemalang Komplang). Maka di perintahkanlah P. Benowo untuk menjabat di kadipaten Pemalang dengan syarat sebagai berikut : 
a. Pergilah ke Banten untuk meminta keris Kyai Tapak yang sekarang dipegang oleh penguasa Banten yang bernama Panembahan Yusuf putra Sultan Hasanuddin,dan pusaka tersebut untuk "memagari" saat menjabat Adipati di Pemalang,sebab Pemalang konon tanah dan masyarakatnya gawat.
b. Pusaka keris Kyai Setan Kober dari Jipang harus dimiliki kalau menjabat Adipati di Kadipaten Pemalang.keris tersebut didapat dari rampasan perang Jipang (asal Aryo Pinangsang) yang kalah dengan kesultanan Pajang.karena Pemalang dalam sejarah merupakan kota penghalang bagi orang yang mau berbuat jahat dan menjadi penolak setiap bentuk penjajahan.maka engkau harus berhati hati memimpin masyarakat Pemalang.
c. Dua surat yang bisa dijadikan bukti bahwa engkau utusan dari kesultanan Pajang; 
-Surat kekancing menjabat di Kadipaten Pemalang.
-Surat untuk Panembahan Yusuf,pejabat kesultanan Banten untuk meminjam Keris Kyai Tapak yang dahulu dipinjamkan Fatahillah panglima perang Demak,yang akhirnya menjadi Sultan Banten.

(sumber: Ki Sunari Djokotcarito,Pemalang)
Pangeran Benowo adalah anak dari Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir Raja Pajang. Beliau adalah pewaris tahta Pajang, namun sebelum dia menjabat, sudah ada kerajaan lain yang lebih berpengaruh yaitu Kesultanan Mataram.

Tentu hal ini membingungkan para punggawa kerajaan Pajang, bahkan Putra Mahkota Pajang yaitu Pangeran Benowo. Punggawa kerajaan Pajang ada yang pasrah menerima kenyataan itu tetapi ada juga yang menyingkir ke daerah lain.

Diantara yang menyingkir adalah Raden Sida Wini, Ki Gede Sebayu dan Pangeran Benowo.


Dicerita dengan versi yang lain, Pangeran Benowo pergi ke Pemalang atas dasar perintah dari Ayahanda, prabu Hadiwijaya sendiri, latar belakangnya adalah sebagai berikut :

Alkisah pada abad XVI, saat itu sultan Hadiwijaya menerima laporan bahwa Pemalang pada saat itu tidak ada Pimpinannya (Pemalang Komplang). Maka di perintahkanlah P. Benowo untuk menjabat di kadipaten Pemalang dengan syarat sebagai berikut : 
a. Pergilah ke Banten untuk meminta keris Kyai Tapak yang sekarang dipegang oleh penguasa Banten yang bernama Panembahan Yusuf putra Sultan Hasanuddin,dan pusaka tersebut untuk "memagari" saat menjabat Adipati di Pemalang,sebab Pemalang konon tanah dan masyarakatnya gawat.
b. Pusaka keris Kyai Setan Kober dari Jipang harus dimiliki kalau menjabat Adipati di Kadipaten Pemalang.keris tersebut didapat dari rampasan perang Jipang (asal Aryo Pinangsang) yang kalah dengan kesultanan Pajang.karena Pemalang dalam sejarah merupakan kota penghalang bagi orang yang mau berbuat jahat dan menjadi penolak setiap bentuk penjajahan.maka engkau harus berhati hati memimpin masyarakat Pemalang.

Akhirnya Pangeran Benowo, pergi ke Pemalang, di Pemalang dia terakhir menetap di sebuah desa. Di desa itu dia menggoreskan kerisnya disebuah cabang pohon (bahasa jawa disebut pang), gores dalam bahasa jawa disebut garit, akhirnya desa itu dinamakan desa Panggarit, pohon tersebut masih ada hingga kini dan menjadi saksi sejarah zaman dahulu


Pohon Panggarit



Di Penggarit juga ada sebuah situs yang konon adalah tempat mandi dari Pangeran benowo, yang masyarakat disitu menyebutnya Jambandalem








Desa Penggarit adalah tempat makam Pangeran Benowo, dimana Pangeran Benowo dahulu berkuasa Kadipaten Pemalang pada penghujung abad XVI
(sumber:Paguyuban Seni karawitan NGESTI BUDAYA)
Pada penghujung abad ke XVI,kesultanan Banten yang dipimpin oleh Panembahan Yusuf sedang dalam kekacauan akibat ulah Portugis,dan sedang dalam rongrongan adik Panembahan Yusuf sendiri yang diasuh oleh Ratu Kalinyamat dari Jepara yang menuntut pengalihan tahta kesultanan Banten.
Pada waktu itu,Panembahan Yusuf memerintahkan kepada Patih Thalabuddin untuk meminta kembali Keris pusaka Kyai Tapak yang sebelumnya dipinjamkan kepada Pangeran Benowo saat hendak menjadi Adipati di Pemalang,maka berangkatlah patih Thalabuddin menuju ke kadipaten Pemalang.
Sesampainya di Pemalang,tidak begitu saja patih Thalabuddin dapat mengambil keris pusaka tersebut.ia disuruh oleh Pangeran Benowo untuk membuktikan,kalau memang benar dirinya adalah utusan dari kesultanan Banten,maka pastilah ia mampu membawa keris tersebut ke Banten.lalu untuk meyakinkan Pangeran Benowo,patih Thalabuddin menjalani tirakat bertapa di Waringin tunggul,antara desa Benjaran dan Pedurungan barat.
Setelah beberapa hari bertapa,maka Patih Thalabuddin berhasil mendapatkan keris Kyai tapak.namun dalam perjalanan pulang ke Banten,patih Thalabuddin jadi keder (tersesat) tak tahu arah jalan pulang.hal ini karena pengaruh kesaktian Pangeran Benowo terhadap keris pusaka tersebut atau karena patih Thalabuddin kurang sempurna dalam bertapa,ini kurang begitu jelas.yang pasti,sejak mendapatkan keris pusaka tersebut,patih Thalabuddin hanya muter-muter mengelilingi daerah Pemalang saja selama perjalanan pulang.
Hal ini diketahui oleh Pangeran Benowo yang lalu memerintahkan patih Sampun untuk mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa Keris pusaka Kyai tapak telah hilang dicuri orang.lalu datanglah Patih Thalabuddin menghadap Adipati pangeran Benowo sambil menangis ketakutan.sambil gemetar dan meminta ampun,patih Thalabuddin memberikan keris pusaka itu kepada sang Adipati.
Dengan berbesar hati,adipati pangeran Benowo menerima permohonan ampun patih Thalabuddin,yang lalu diangkatnya menjadi Patih kedua di kadipaten Pemalang yang bertugas menyebarkan ajaran agama Islam kepada penduduk/masyarakat Pemalang.karena kecerdasannya pula,Patih kedua Thalabuddin juga diberi wewenang mengatur perekonomian di kadipaten Pemalang mendampingi patih Sampun.dalam beberapa kisah,diriwayatkan bahwa hingga akhir hayatnya,patih Thalabuddin mengabdi dan mencurahkan ilmunya untuk penduduk Pemalang.
Maka dengan demikian,penguasa Pemalang pada masa kepemimpinan Adipati Pangeran Benowo,Patih Sampun (Djiwonegoro) dan Patih kedua Thalabuddin berhasil mencatatkan sejarah keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya.keberhasilan tersebut diantaranya adalah :
- Dapat menyatukan beberapa wilayah,yaitu Tegal,Pemalang dan Brebes.
- Dapat menciptakan kehidupan yang tenteram serta keamanan yang terjamin.
- Dapat meletakkan dasar dan melanjutkan pembanguna.
- Berhasil menumbuhkan kerukunan antar umat beragama tanpa mengurangi berkembangnya ajaran agama Islam yang pesat.
- Berhasil menumbuhkan ekonomi penduduk Pemalang hingga terjamin kecukupan pangan,sandang dan papan masyarakat.
- Bisa merintis jalan yang menjadi cikal bakal jalan-jalan besar di masa setelahnya.
- Dapat membina pendidikan,seperti berdirinya padepokan (Hindu-Budha) di Pedurungan dan Wanarejan serta Pondok Pesantren di Kebondalem dan Ulujami.
Selain keberhasilan-keberhasilan tadi,trio Benowo,Sampun dan thalabuddin dalam kepemimpinan Pemalang tempoe doeloe adalah mampu mendayagunakan kekayaan alam yang ada sebagai sumber ekonomi rakyat.tak di pungkiri,Pemalang memiliki gunung Slamet beserta hamparan hutan rimbun yang membujur disebelah selatan Pemalang,sebagai cagar alam dan kelestarian mata air,serta sungai-sungai besar maupun kecij yang sanggup menampung curah hujan sehingga menjamin sumber air untuk pemanfaatan sawah,ladang dan perkebunan masyarakat hingga musim kemarau sekalipun.kesuburan tanah Pemalang ini sudah dikenal sejak zaman Majapahit,Pemalang juga mempunyai Pelabuhan untuk singgah kapal-kapal dagang,yang transit dan berdagang di Pemalang.
Trio Pemalang ini juga dikenal pandai membina para Punggawa praja untuk bekerja sama dan manunggal dengan rakyatnya.
Maka demikian,Pemalang pada saat itu sudah mempunyai tata administrasi pemerintahan yang cukup teratur,baik ditinjau dari sarana dan prasarana kehidupan masyarakatnya,serta kecakapan dalam aparatur pemerintahannya.

Friday, February 8, 2013

Alkisah di tahun 1800-an, ada sebuah keluarga dari desa wanarata, menuju daerah yang bernama Penggarit, keluarga itu adalah keluarga Kyai Tarjipah. Siapakah Kyai Tarjipah itu?

Kyai Tarjipah punya ilmu kedigjayaan yang luar biasa. Konon dia pernah merebut tongkat Jin dan dibawa ke langit, awalnya Jin tersebut sedang sholat, dan tongkatnya ditaruh sebelahnya. Kyai Tarjipah diam-diam mengambil tongkat tersebut tapi Jin tersebut langsung tahu dan segera merebut tongkat sakti itu. Jin dan Kyai Tarjipah pun berebut, sampai sang Kyai dibawah terbang ke angkasa...

Atas beberapa hal, Kyai Tarjipah memutuskan untuk Hijrah ke Desa yang bernama Penggarit. Karena desa Penggarit terkenal dengan desa yang subur, gemah ripah, loh jinawi.

Setelah tiba di Penggarit dia memilih tempat di daerah GOM 1, yaitu dusun Sirandu. Kyai Tarjipah punya beberapa orang anak. Salah satu anaknya yaitu De Kumi dan Mbahnya Mantan Lurah Daun Usmanto, dimana anaknya yaitu Mas Cipto Udiarto menjabat sebagai pamong desa di Desa Penggarit. Hampir seluruh Desa Penggarit GOM 1 adalah keturunan dari Kyai Tarjipah. Khususnya RT 06.
Jangan-jangan sampeyan masih keturunannya? Silakan diselidiki
silakan bisa dicermati digambar dibawah ini. Silakan diklik untuk memperbesar






Silsilah tersebut tidak lengkap, dan apabila ada nama yang kurang atau salah silakan dikomentari, agar dibetulkan
De kumi punya anak dan anaknya tersebut punya anak lagi yang bernama Kasiyah, Kasiyah punya beberapa orang anak dan rumah Mbah Kasiyah itulah yang ditempatin saya sebagai salah satu warga di desa penggarit. Jadi saya merupakan keturunan ke 5 dari Kyai Tarjipah