Ada sebuah kisah di Penggarit, yaitu di tahun 1946-1948 yaitu di zaman perang kemerdekaan. Ketika belanda datang maka warga desa menabuh kentongan, dengan buru-buru maka semua warga laki-laki segera melarikan diri ke hutan Penggarit. Belanda sangat kejam, jadi apabila menemui laki-laki dewasa di dalam rumah di desa maka bisa langsung di tembak, tanpa ampun.
Seorang warga desa yang bernama Sutama (bukan nama asli), pura-pura mengenakan koyo banyak sekali di kepalanya, dia pura-pura sakit dan merintih dikamar. Belanda datang, maka pasukan belanda itu sampai ke kamar Pak Sutama, melihat Pak Sutama yang merintih kesakitan di kepala, tentara Belanda tidak merasa iba, langsung didor, Pak Sutama pun meninggal.
Ada seorang warga bernama Wasjan, pada waktu itu sedang gerah, sehingga tidak makai baju atas. Ketika bunyi kentongan bertalu-talu, dia panik, lalu mengambil bajunya dan lari ke hutan. Setelah belanda pergi, dia kembali ke Desa. Tetapi semua orang tertawa, karena rupanya yang dia pakai baju istrinya. Namanya juga panik.
Memang desa Penggarit dimusuhi belanda, tidak seperti desa lain, yang aman-aman saja ketika Belanda datang. Hal ini disebabkan karena Desa Penggarit dijadikan markas tentara keamanan rakyat. Dari situlah maka banyak Pemuda Desa Penggarit yang belajar ilmu kanuragan pada tahun 1940an
Seorang warga desa yang bernama Sutama (bukan nama asli), pura-pura mengenakan koyo banyak sekali di kepalanya, dia pura-pura sakit dan merintih dikamar. Belanda datang, maka pasukan belanda itu sampai ke kamar Pak Sutama, melihat Pak Sutama yang merintih kesakitan di kepala, tentara Belanda tidak merasa iba, langsung didor, Pak Sutama pun meninggal.
Ada seorang warga bernama Wasjan, pada waktu itu sedang gerah, sehingga tidak makai baju atas. Ketika bunyi kentongan bertalu-talu, dia panik, lalu mengambil bajunya dan lari ke hutan. Setelah belanda pergi, dia kembali ke Desa. Tetapi semua orang tertawa, karena rupanya yang dia pakai baju istrinya. Namanya juga panik.
Memang desa Penggarit dimusuhi belanda, tidak seperti desa lain, yang aman-aman saja ketika Belanda datang. Hal ini disebabkan karena Desa Penggarit dijadikan markas tentara keamanan rakyat. Dari situlah maka banyak Pemuda Desa Penggarit yang belajar ilmu kanuragan pada tahun 1940an