Saturday, July 30, 2016

Di tahun 1985 Desa Penggarit masih terasa asri, sebagian warga desanya masih tradisional. Bertani, berkebun adalah mata pencaharian utama. Terlihat lahan kosong ditanami pohon singkong, yang melambai-lambai diterpa tiupan angin sore.

Selain bertani ada satu lagi mata pencaharian yang umum dilakukan didesa Penggarit, yaitu ngalas. Ngalas adalah mencari kayu bakar dihutan. Di tahun 1985 hutan penggarit masih banyak dihuni oleh binatang yang bernama Celeng. Kata orang celeng haram dan memang haram dalam ajaran Islam. Tetapi Celeng tetaplah buruan bagi pada pemburu. Dengan peralatan tombak para pemburu dapat menyergap celeng.

Adalah seorang gadis yang bernama Indri. Indri merupakan 2 orang bersaudara. Dia pergi merantau ke Jakarta seperti umumnya mayoritas gadis di Penggarit. Dengan bekal sekolah SD dia mencari pekerjaan dan akhirnya menemukannya. Menjadi pembantu adalah pekerjaan yang umum, karena memang tidak ada pilihan lain.

Pada suatu hari, ada seorang jejaka tampan yang menaksirnya. Jejaka itu berasal dari daerah timur. Dia seorang yang taat beragama, menghormati keluarga dan sangat menyayangi adik-adiknya. Tibalah suatu saat dia mengungkapkan perasaan cintanya. Dengan nada sedikit gemetar jejaka itu mengutarakan cintanya kepada Indri. Alangkah terkejutnya Indri, keringat dingin keluar dari tubuhnya.

Bersambung...
Barangkali ada yang bener-bener pengin tahu desa penggarit, sampai dengan jumlah penduduknya, Dari data berikut rupanya PETANI adalah profesi mayoritas yang masih ditekuni oleh sebagian besar warga desa Penggarit.  Jumlah warga Penggarit kurang lebih    5.808 orang. Jumlah polisi terlihat 0. Kalau yang sebenarnya ada warga yang menjadi Polisi, cuman pindah ke kota, sperti Om Kapul (nama panggilan) dan lainnya. Berikut yang kami ambil dari desapenggarit.blogspot.com


Kependudukan :
 
·         Berdasarkan Jenis Kelamin 
1Laki – Laki: 2950 Orang
2Perempuan: 2858 Orang
·         Berdasarkan Mata Pencaharian 
1Karyawan: 87 Orang
2Wiraswasta: 137 Orang
3Tani: 926 Orang
4Pertukangan: 79 Orang
5Buruh tani: 1564 Orang
6Dagang: 45 Orang
7Pensiunan: 15 Orang
8TNI: 3 Orang
9Polisi: 0 Orang
10PNS: 35 Orang
11Nelayan: 3 Orang
12Pemulung: 2 Orang
13Lain – lain: 63 Orang

Data Kependudukan Desa Penggarit
Data Kependudukan Desa Penggarit



Wednesday, July 20, 2016

Di kecamatan Taman setiap tahun/beberapa tahun mengadakan kompetisi antar Desa. Dari 19 Desa nanti akan bertarung di Lapangan Banjardowo. Desa Penggarit selalu menjadi calon kuat untuk menjadi juara.

Dengan nama besar PS PUTRA BENAWA, pimpinan supporter selalu meneriakan "hidup PS Putra Benawa"

Kalau tidak salah di tahun 1995

Angin semilir menerpa dedaunan di benteng Kali Lor (Kali elon), Kerbau dan gudel di laharan pun asyik berlari-lari. Sebuah Truck meluncur melewati Desa Kejambon. Terdengar dari atas Truk teriakan komandan truk meneriakan kata "Hidup PS Putra Benawa"
seluruh penumpang truk menyambut dengan sangat antusias "Hidup". Penumpang truk tersebut sangat banyak, karena truk tersebut penuh sesak. Suasananya mirip dengan adegan film kolosal "maha bharata" pada saat meneriakan hidup putra pandawa

Teriakan penumpang tersebut mengguncangkan suasana di Jalan Desa kejambon, hingga kaca-kaca rumah bergetar. Setelah melewati sebuah rumah, ada anggota truk yang memanggil-manggil sebuah nama "raidah"

Truck tersebut ternyata menuju lapangan Banjardowo. Kali ini lawan Desa Penggarit yaitu desa Benjaran. Dengan para pemain Bintang Eko Budiarto, Edwin Suntoro, Herry, Agus (cimot), Israruddin, Nurochman, dan temen-temen lainnya, Desa Penggarit merasa bisa untuk menghadapi Desa Benjaran. Seorang tua menasihatkan agar pemain bersikap tenang dan jangan jumawa dalam menghadapi lawan.

Setelah berebut alot, seru sekali. Agus (cimot) laksana Ricardo Kaka (pemain dari Brasil) yang sering bermain sebagai gelandang kiri dan asyik berebut bola dengan para lawan-lawannya. Desa Benjaran adalah salah satu desa yang Sepak bola nya sangat hebat dan patut diperhitungkan.

Namun berkat kerjasama tim, akhirnya tim sepakbola dari Benjaran dapat ditekuk dan Desa Penggarit keluar sebagai Pemenang.

Keesekoan harinya bintang-bintang tersebut menjadi buah bibir di masyarakat. Para supporternya pun masih terbayang atas kejadian itu, bahkan sampai bertahun-tahun. Hingga kandang-kandang Kerbau di laharan tersebut sudah tidak ada lagi, tinggalah rumput-rumput yang bergoyang
Kok bisa?

Alkisah ada seorang yang bernama Darwanto, didesa Penggarit, yang bekerja pada seorang Saudagar kaya. Saudagar itu berbisnis mangga dan makin lama usahanya makin berhasil. Saudagar itu akhirnya meminta Darwanto menjadi partnernya untuk mensupply Mangga ke kota Jakarta.

Dengan bekal kemampuannya akhirnya Darwanto pulang ke desanya yang bernama Penggarit, lalu beliau menawarkan pengelolaan mangga ke warga Desa Penggarit yang mau. Akhirnya gayung bersambut. Sebagaian warga desa mau dikelola pohon mangganya oleh Darwanto sehingga hasilnya berkali-kali lipat.

Akhirnya Darwanto sukses besar dan menjadi salah satu orang terkaya di Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang.

Dengan kesuksesan Darwanto ini akhirnya menarik minat warga yang lain yang tadinya bertani, jual mie ayam, pengangguran beralih menjadi usaha Mangga. Ratusan hektar lahan dikonversi menjadi Mangga oleh warga Desa Penggarit.

 Cerita tersebut disadur dari ucapan mulut kemulut, barangkali ada salah mohon maaf, silakan di koreksi. Saya sendiri mengagumi sepak terjang Om Darwanto yang bisa menjadi contoh bagi warga generasi muda



Mangga Penggarit rasanya sangat khas dan sudah masuk ke berbagai mall di Jakarta, seperti giant dan lain sebagainya